Sabtu, 13 Juni 2015

MENJADI GURU YANG KREATIF DAN PROFESSIONAL(tugas tambahan)



MENJADI GURU YANG KREATIF DAN PROFESSIONAL

Guru menciptakan susasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual
Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras kita salah satunya adalam menciptakan kelas yang memberik keamanan secara emosional bagi siswa. Memang agar menjadi siswa yang percaya diri mereka perlu mengambil resiko, tetapi di lingkungan yang tidak mendukung kenyamanan secara emosional, siswa akan berpikir 1000 kali untuk mau bertanya dan berpendapat.
Anda juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain ‘Tidak boleh merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain’ Jangan lupa anda juga memberi contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan menhargai untuk setiap pertanyaan, atau pendapat dari siswa anda. Jika ini terjadi dikelas anda dijamin kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap individu didalamnya salaing mendukung dan mudah untuk berkolaborasi dalam berpengetahuan.
Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti dimana letak alat tulis, dikarenakan semua hal dikelas sudah disiapkan dengan rapih dan terorganisir. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan dikarenakan intruksi penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang dengan demikian siswa bisa mengekpresikan kemampuannya dalam mengerjakan tugas yang guru berikan.
Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.
Saya jadi ingat sebuah pertanyaan yang bersifat reflektif mengenai cara kita mengajar dan membelajarkan siswa. Pertanyaan nya begini “Jika saya adalah murid saya sekarang, seberapa senang saya diajar oleh guru seperti saya? ”
Seorang guru yang ahli mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam pembelajaran di kelas yang diajarnya dalam presentasi keterlibatan yang penuh alias 100 persen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama 40 menit itu pulalah, siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran.
Tentu tidak dalam semalam semua guru bisa 100 persen menciptakan kelas yang aktif. Namun membutuhkan latihan dan  latihan. Tetapi jalan kesana akan lebih cepat apabila kita mau jujur bertanya pada diri sendiri “Seberapa besar siswa aktif atau terlibat penuh dalam pembelajaran yang saya lakukan?”.
5 menit terakhir yang menentukan
Jadikan 5 menit terakhir pembelajaran anda untuk merangkum, berbagi atau berefleksi mengenai hal yang siswa sudah lakukan selama pembelajaran.
Bagilah menjadi dua pertanyaan besar, misalnya bagian mana yang paling berat dilakukan dan susah dimengerti. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan baru apa yang kamu dapatkan hari ini? Dengan demikian membuat siswa berdialog dengan dirinya sendiri mengenai proses belajar yang telah dilakukannya.
Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul.
Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu tetapi mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab dengan benar dengan segala cara. Termasuk mencontek misalnya.
Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis di kelas kita. Saat mendengarkan rekan mereka berbicara dan berargumen, mereka akan belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan.
Sebagai guru saat memberikan soal berikanlah siswa beberapa peluang kemungkinandalam menjawab sebuah soal. Misalnya soal yang bapak berikan ini punya tiga alternative, bisa kah kamu menemukan ketiga-tiganya?
Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan.
Saat membelajarkan siswa, dikarenakan keterbatasan kita, terkedang kita sudah membuat mereka menebak atau mengarang-ngarang sebuah jawaban demi mendapatkan hasil yang benar. Hal ini siswa lakukan secara sadar atau tidak sadar. Untuk itu mari kita letakkan gambar dibawah ini disamping soal yang kita berikan kepada siswa di kertas soal.
Dengan demikian sebagai guru kita menjadi tahu saat siswa menjawab soal dengan salah tapi dengan keyakinan (for sure) atau menjawab soal dengan benar tapi dengan tidak yakin (confused). Menarik bukan

MENJADI GURU PROFESSIONAL
Beberapa hal atau tips yang harus di perhatikan agar jadi guru yang professional:
1. Fleksibel
Fleksibel dalam artian guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekati anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.
2. Optimis
Keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan yakin akan perubahan anak didik ke arah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang menyenangkan akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut.
3. Respek
Rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekadar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.
4. Cekatan
Anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif, dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu di imbangi oleh guru sebagai pengajarnya, sehingga guru mampu bertindak sesuai kondisi yang ada.
5. Humoris
Menjadi seorang guru killer? Anak-anak malah takut kepada anda dan mereka pasti tidak mau belajar. Meskipun setiap orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat membantu mengaktifkan kinerja otak kanan mereka.
6. Inspiratif
Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan peserta didik mengikutnya, guru harus dapat menemukan banyak ide dari hal-hal baru dan lebih memahami informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya.
7. Lembut
Dimanapun, guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajar kepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasing sayang akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul.
8. Disiplin
Disiplin di sini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup bebagai hal lain. Sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisplinan tanpa harus sering mengatakan tentang pentingnya disiplin. Contoh, disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar dan sebagainya. Dengan demikian, akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup disiplin.
9. Responsif
Ciri guru yang profesional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi, dan lain-lain.
10. Empatik
Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses  peneriamaan, serta pemahaman terhadap pelajaran pun berbeda-beda.  Oleh karena itu, seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga bisa lebih memahami kebutuhan-kebutuhan belajar mereka.
11. Bersahabat
Bersahabat dalam artian seorang guru jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik hanya karena posisinya sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekadar hubungan guru-murid. Sehingga, anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN GURU DALAM MENGAJAR

1. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran
Tugas guru paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa diatara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang mendasari asumsi itu keliru asumsi tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Guru itu seorang profesional, tapi masih banyak guru enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seadanya dan tanpa arah. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Dengan persiapan yang terencana baik, maka hasil pembelajaran siswa dapat menggembirakan semua komponen pembelajaran.”Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar.
Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan menggangu seluruh system tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zamannya. Harus selalu diingat mengajar tampa persiapan merupakan jalan pintas, dan tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan peserta didik.
2. Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negative
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negative akan menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang jika mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa jika kurang diperhatikan. Namun sayang kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru tentang mengajar, mereka menganggap mengajar adalah menyampaikan materi kepada peserta didik, mereka juga menganggap mengajar adalah memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik, dan tidak membuat masalah. Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas prilaku tersebut dengan pujian dan perhatian, disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negative, dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut agar agar tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan berbagai perilaku peserta negative, misalnya melalui ceritera dan ilustrasi, dan memberikan pujian kepada mereka karena tidak melakukan perilaku negative tersebut.
3. Menggunakan Destructive Discipline
Seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (PR), namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didikdan mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami peserta didik adalah gru sering memberikan tugas , tetapi tidak pernah member umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang destruktrif, yang sangat merugokan perkembangan peserta didik.
4. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang social ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya.
Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi cirri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.
5. Merasa Paling Pandai
Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik disekolahnya relative lebih muda dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu di isi air ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan , karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar melalui internet dan berbagai media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya. Dalam hal ini guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan kereta, bahkan disebut guru ortodok.

6. Diskriminatif
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil dan merata, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Keadilan dalam pembelajaran meupakan kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangna peserta didik, dan ini merupakan kesalahan guru yang sering dilakukan, terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memeberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik.
7. Memaksa hak peserta didik
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah menjadi haknya, tetapi tindakan memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak mampu.
Tentunya kesalahan-kesalahan di atas patut kita hindari meskipun tentunya sebagai manusia sulit rasanya untuk menghindar seratus persen dari kesalahan sebagaimana disebutkan di atas. Sebagai seorang guru kita juga jangan berlindung kepada sifat-sifat kemanusiaan kita untuk tidak mau merubah perilaku-perilaku yang cenderung merugikan siswa. Tentu saja masih banyak kesalahan guru yang lain, yang bisa berakibat pada kegagalan siswa dalam belajar. Kata kuncinya: Apabila terdapat kegagalan siswa dalam pembelajaran, maka di situlah guru perlu melakukan introspeksi: sudah benarkah yang dia lakukan? Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki keadaan? Jadi, guru harus selalu belajar.Ya, belajar dari buku, belajar dari teman, belajar dari murid, dan belajar dari dirinya sendiri.
25 Kesalahan seorang guru dalam pembelajaran. Sadar atau tidak sadar, hal ini wajib dihindari oleh para guru agar tidak “mencederai” proses belajar dan tentunya tidak memberikan pengaruh buruk bagi siswa. Berikut 25 hal tersebut :
1. Duduk di atas meja sewaktu proses pembelajaran.
2. Sambil merokok saat mengajar.
3. Makan saat mengajar.
4. Bermain Hp atau Online saat mengajar.
5. Tertidur. Meski jarang terjadi, tapi ternyata hal ini pernah dialami juga. Biasanya jika sang Guru hanya menyuruh siswanya membaca buku pelajaran saat pelajaran berlangsung (monoton).
6. Menganggap diri paling pintar. Banyak yang bilang jika Doktor atau professor itu karena saking pintarnya sehingga membuat banyak mahasiswa tidak mengerti apa yang disampaikan kepada mereka. Seorang Guru tidak bisa menjadi seperti itu, Guru memiliki kewajiban untuk tidak hanya memintarkan diri sendiri tapi juga siswa-siswanya, sehingga kerendahan hati dan mampu menghargai kecerdasan dan potensi murid-muridnya adalah kunci seorang guru yang hebat.
7. Monoton dalam menyampaikan materi. Indikasinya jika ada siswa yang tertidur saat jam pelajaran berlangsung.
8. Tidak disiplin. Tepat waktu mungkin menjadi hal yang berat bagi orang Indonesia, ya hal ini semakin parah jika sikap tidak disiplin ini dicontohkan oleh para Guru.
9. Bolos.
10. Komunikasi tidak efektif.
11. Berpakaian tidak rapi. Kini guru tidak lagi identik dengan sepeda butut, baju lusuh. Tampil rapi apalagi bagi guru yang mempunyai keadaan ekonomi yang baik adalah hal wajib.
12. Tidak melakukan evaluasi. Hal yang unik pernah terjadi, saat seorang guru ternyata memeberikan nilai kepada siswa yang sudah meninggal dunia, mengindikasikan jika guru tersebut tidak melakukan evaluasi saat pemberian nilai, tapi dari hasil abrakadabra…..
13. Membiarkan menyontek.
14. Membocorkan jawaban ujian. No 13 dan 14 tentu saja akan menyemarakkan generasi koruptor di negeri ini. Jika kita para guru sepakat bahwa tujuan utama pendidikan bukanlah nilai (terutama SMK yang mengutamakan kompetensi). Maka sudah seharusnya pengembangan kreativitas dan potensi anak yang menjadi agenda utama, bukan membiarkan jalan-jalan pintas yang akan merusak masa depan mereka yang dilestarikan.
15. Mengubah perolehan nilai. Jangan mengurangi dan melebihkan, objektif saja sesuai kemampuan anak.
16. Memberikan soal yang tidak diajarkan. Jangan membuat stress dan depresi anak-anak dengan memberikan soal ujian yang tidak pernah mereka sentuh.
17. Menanamkan permusuhan dan kebencian. Hal yang paling indah saat menjadi guru, adalah saat kita mampu menanamkan sikap saling menghormati, menghargai dan cinta pada setiap generasi muda. Amal Jariyah cui…..
18. Mengajarkan pornografi.
19. Melakukan pelecehan seksual. Ini mah Naudzubillah, kita para guru itu dipercaya. Jangan membalasnya dengan melakukan hal-hal seperti nomor 18 dan 19.
20. Tidak perduli terhadap presensi siswa.
21. Diskriminatif. Semua murid itu adalah sama derajatnya di mata kita.
22. Tidak memperhatikan perbedaan individual. Potensi, kekurangan dan kelebihan. Harus dengan jeli dipantau.
23. Gaptek. Saat ini, murid dengan mudah sekali menjadi lebih pintar dari guru karena kemajuan teknologi. Sehingga tentu saja para guru tidak boleh ketinggalan, apalagi teknologi dapat mempermudah guru dalam mempersiapkan bahan, mempermudah penyampaian dan tentu saja dengan hasil yang lebih maksimal. Persiapkanlah setiap generasi sesuai dengan zamannya.
24. Mismatch. Disinilah pentingnya kurikullum.
25. Lupa membaca dan belajar. Dari semua kesalahan-kesalahan di atas, kesalahan terakhir ini adalah yang paling parah. Jika seorang guru saja malas belajar, bagaimana mungkin dia bisa menciptakan generasi terbaik?. Bukankah perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri?

REFERENSI;
Edutopia.com
www.facebook.com
gurukreatif.wordpress.com
arbainyusran.wordpress.com/2012/07/29/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar