PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
Di
Indonesia mengalami perubahan kurikulum sebanyak 7 kali yaitu pada tahun 1947,
1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006. Menurut (dari di internet) negeri
kita hanya mampu menjadi bangsa “penjual” tenaga kerja murah di negeri orang.
Disimpulkan betapa gagalnya dunia pendidikan di negara kita ini yang telah
gagal dalam melahirkan tenaga-tenaga yang berkualitas yang mampu bersaing dalam
dunia kerja, walaupun kurikulum telah mengalami perubahan sebanyak 7 kali, atau
bisa disebut berkali-kali.
Hal
ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar Universitas Negeri Padang
menyebutkan bahwa “selama ini sibuk mengurusi dan membenahi dokumen tetulisnya
saja”. Menurutnya perubahan kurikulum di negara kita lebih menitikberatkan pada
perubahan konsep tertulisnya saja berupa buku-buku pelajaran dan silabus saja
tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaannya di tingkat sekolah. Sedangkan
proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab oleh kurikulum pendidikan kita.
1.
Kurikulum 1947
Awal
kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana Pembelajaran
1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan
oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses perjuangan merebut
kemerdekaan.
Ciri-ciri
kurikulum 1947 :
- Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
- Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
Kelebihan
dari kurikulum 1947 :
- lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Kekurangan
dari kurikulum 1947 :
- kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang.
2.
Kurikulum 1952
Pada
tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama
menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Ciri-ciri
kurikulum 1952 :
- Setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
- Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Kelebihan
dari kurikulum 1952 :
- Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Kekurangan
dari kurikulum 1952 :
- Masih kurangnya tenanga pengajar.
- Tidak didukung dengan fasilitas yang memadai.
3.
Kurikulum 1968
Kurikulum
1968 ditandai dengan pendekatan peng-organisasian materi pelajaran dengan
pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda, yang dilakukan secara korelasional
(correlated subject curriculum).
Ciri-ciri
kurikulum 1968 :
- Mata pelajaran yang dikolerasikan dengan mata pelajaran yang lain, walaupun batas demokrasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas.
- Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).
- Menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Kelebihan
dari kurikulum 1968 :
- Bertujuan pada pembentukan manusia Pancasila Sejati.
- struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kekurangan
dari kurikulum 1968 :
- Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum
1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 yang melatarbelakangi adalah pengaruh
konsep di bidang manajemen. Menurut Mudjito (dalam Dwitagama: 2008) Zaman ini
dikenal dengan istilah satuan pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan bahasan.
Ciri-ciri
kurikulum 1975 :
- Metode materi dirinci pada Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI).
- Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan intruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kelebihan
dari kurikulum 1975 :
- Menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
- Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
- Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kekurangan
dari kurikulum 1975 :
- Kurikulum 1975 banyak dikritik.
- Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun
1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya
tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yang menghendaki
perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itula pada
tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum
1984 ini juga sering disebut dengan kurikulum 1975 yang disempurnakan.
Ciri-ciri
kurikulum 1984 :
- Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
·
Mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan itu penting.
·
Posisi siswa ditempatkan sebgai subyek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,hingga
melaporkan.
Kelebihan
dari kurikulum 1984 :
·
Mengusung proses skill approach.
- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
Kekurangan
dari kurikulum 1984 :
·
Kurang
memperhatikan muatan (isi) pelajaran.
6. Kurukulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses
pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori
belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini
terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar
mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah
satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa
materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga
siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi
pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Ciri-ciri
kurikulum 1994 :
- Adanya perubahan dari sistem semester ke sistem caturwulan.
- Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
- Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
- Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
- Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
- Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
Kelebihan
dari kurikulum 1994 :
- Adanya perubahan dari sistem semester ke sistem caturwulan.
- Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
- Guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Kekurangan
dari kurikulum 1994 :
· Beban belajar
siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/
substansi setiap mata pelajaran.
· Materi
pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
7. Kurikulum
2004
Implementasi pendidikan di sekolah
mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu bentuk invovasi yang
dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan
inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon
terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi
disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25
tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang
dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002).
Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat
kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu
dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
Ciri-ciri
kurikulum 2004 :
· Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal.
· Berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
· Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
· Sumber belajar
bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif.
· Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
Kelebihan
dari kurikulum 2004 :
- Guru sebagai fasilitator.
- Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
·
Bentuk pelaporan hasil belajar yang
memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan
perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.
Kekurangan
dari kurikulum 2004 :
- Kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
·
Konsep KBK sering mengalami
perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga
menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan.
8. Kurikulum
2006
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang
diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan
bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan
standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar kompetensi lulusan,
(4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan prasarana,
(6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan,
yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di setiap satuan pendidikan.
Ciri-ciri
kurikulum 2006 :
- Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
- Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
- KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
- Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
- Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
Kelebihan
dari kurikulum 2006 :
- Guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
- Siswa sebagai pusat pembelajaran.
- Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
- Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
- Berpusat pada siswa.
- Menggunakan berbagai sumber belajar.
- kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan.
Kekurangan
dari lurikulum 2006 :
- Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
- Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .
- Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan.
- Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan profesi.
DAFTAR PUSTAKA
http://syelvyana46.blogspot.co.id/2012/10/perkembangan-kurikulum-di-indonesia.html
diakses
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Nasution. 1999. Asas
– asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jumari, kang. 2007. http://
kangjumari.blogspot.com/27/12/kurikulum-di-indoonesia-pembahuruan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar